Rss Feed

Centuryyyyy


Jauh sebelum kasus Bank Century bergulir beberapa bulan yang lalu, kasus yang tidak kalah besarnya yang merugikan keuangan Negara Triliunan lebih adalah skandal BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia). Bahkan, kasus BLBI oleh para pakar perbankan disebut sebagai kasus megakorupsi yang tergolong luar biasa (Ektraordinary Crime) karena berdampak besar terhadap sendi-sendi perekonomian bangsa. BLBI merupakan bantuan pemerintah kepada 48 bank sawsta yang dimaksudkan untuk mengatasi krisis ekonomi pada tahun 1997. Namun, pertanggung jawaban dari dana itu tidak jelas. Skandal BLBI melibatkan banyak pihak yang sulit diungkap dalam waktu sekejap. Masing-masing pihak baik pejabat pemerintah(BI), konglomerat pemilik bank maupun pengelola BPPN (Badan Penyehatan perbankan Nasional) berkelit seolah lepas tanggung jawab. Apa pasal?.

Menyibak Skandal Megakorupsi BLBI



Buku “ BLBI “ Ektraordinary Crime; Satu Analisis Historis dan Kebijakan” ini berusaha menyingkap tabir misteri teka- teki skandal BLBI. Menurut Djony Edward, penulis buku ini, menyatakan bahwa skandal BLBI jelas sebuah kejahatan luar biasa yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Kasus ini telah menyebabkan kerugian Negara Triliunan rupiah sekaligus mengguncang perekonomian nasional. Dana yang digelontorkan pemerintah dalam kasus BLBI ini sebesar Rp. 144,54 triliunan Rupiah. Namun, sekali lagi, terjadi salah urus dalam proses penyaluran, penggunaan dan penyelesaian kewajiban.

Ironinsnya, lanjut penulis, kasus ini seolah disepelekan begitu saja oleh para penegak hokum. Para penegak hukum seolah menutup mata terhadap kasus BLBI sehingga membiarkan para pelakunya berkeliaran bebas. Para penegak hukum setengah hati dan tidak berani bertindak tegas terhadap para pelakunya. Bahkan, Dr. Frans H Winarta menduga keras adanya konspirasi antara penegak hokum dengan para konglomerat. Mereka berkongkalikong dan saling menutup-nutupi kasus BLBI.

Pada hal, menurut penulis, berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) per 31 Juli 2000, kerugian Negara ditaksir mencapai 138,44 T atau sebesar 95,78 % dari total dana BLBI. Potensi kerugian itu didasarkan pada temuan penyimpangan terhadap ketentuan, kelemahan system dan kelalaian. Karena BLBI, lanjut penulis, rakyat terpaksa menanggung beban kerugian sekitar 20-30 persen dari APBN untuk pos pembayaran utang berupa obligasi rekapitulasimaupun bunga obligasi BLBI. Akibatnya, dana yang seharusnya diperuntukkan untuk fasilitas kesejahteraan public terpaksa dialihkan untuk menutup utang. Sungguh terjadi sebuah fakta ketidakadilan yang sulit dimaafkan.

Dalam kasus BLBI, papar penulis, sungguh terjadi praktek perbuatan melawan hukum, baik berupa pelanggaran pidana korupsi maupun pidana perbankan. Perbuatan melawan hukum ini, lanjut penulis tentu terkait dengan orang-orang yang terlibat dalam penyaluran penggunaan dana BLBI serta settlement asset dari para obligor dan pemegang saham. Oleh para Obligor, penggunaan dana BLBI tidak digunakan sebagaimana mestinya. Niatan pemerintah yang pada mulanya membantu bank-bank yang kolaps bertepuk sebelah tangan.

Menurut penulis, proses melawan hokum ini tidak tanggung-tanggung, karena melibatkan 100- an pejabat BI, 203 pemilik dan pengurus 48 bank dan puluhan pejabat di BPPN. Jadi, proses ini selain melibatkan banyak orang, banyak modus, juga melibatkan likuiditas yang sangat besar, yakni Rp.144,54 T. wajar, bila kemudian, kasus ini sulit diungkap ke permukaan karena terjadi secara sistemik dan endemic.

Secara Spesifik, bagi penulis, setidaknya terdapat lima bentuk pelanggaran hukum dalam kasus BLBI. Pertama, perbuatan yang bersifat penyimpangan dana BLBI sudah terbukti. Terjadi salah urus dalam proses penyaluran, penggunaan dan Settlement di BPPN. Kedua, perbuatan itu tentu saja melawan prinsip-prinsip hukum perbankan dan hukum perusahaan. Bank yang kolaps seharusnya tidak asal diberi pinjaman begitu saja, tetapi melalui prosedur yang berlaku. Ketiga, kesalahan terjadi pada saat penyaluran dan penggunaan serta penyelesaian kewajiban. Kesalahan dalam penyaluran dan penggunaan BLBI penulis mendapati sebesar Rp.84,84 Triliun. Sementara kesalahan dalam settlement aset sebesar 52, 3 Triliun.

Keempat, penulis mencatat kerugian Negara dalam kasus BLBI sebesar Rp.118,02 T. Kelima, besarnya kerugian itu jelas lantaran perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh para pihak terkait kasus BLBI tersebut. Itulah sebabnya, dibutuhkan solusi yang solutif. Memang, menurut penulis, menyelesaikan kasus BLBI tidak mudah laiknya menyembuhkan penyakit kanker yang sudah pada taraf gawat darurat. Akan tetapi, bukan tidak mungkin kasus ini diselesaikan.

Menyelesaikan kasus BLBI membutuhkan kekuatan besar. Menurut penulis semua elemen bangsa harus bersepakat untuk menuntaskan skandal BLBI. Aparat pemerintah wajib memiliki politicall will yang kuat untuk berjuang keras dalam menuntaskan skandal BLBI. Rule of law (penegakan hukum) harus ditegakkan setinggi-tingginya. Siapa saja yang terlibat harus diusut dan diseret ke pengadilan. Jangan sampai kasus ini dibiarkan begitu saja, karena sama halnya membiarkan kebusukan terjadi di negeri tercinta ini.

Pelbagai langkah penuntasan skandal BLBI sebenarnya telah dipalugodamkan. Akan tetapi, hingga kini belum memberikan hasil yang memuaskan. Kasus ini sebenarnya telah ditangani pihak Kejaksaan Agung (KA) selama 10 tahun terakhir ini. Akan tetapi, lagi-lagi menemui jalan buntu. Malahan, menurut penulis, KA telah mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP 3) yang justru seolah-olah menutup kasus megakorupsi ini. Maka, penulis berharap agar KPK segera mengambil alih kasus ini sehingga bisa membuka kotak Pandora yang tertutup.

Buku ini patut dibaca bagi siaja yang concern dalam gerakan antikorupsi. Kelebihannya terletak pada kekayaan datanya yang cukup lengkap dan factual. Namun, tak ada gading yang tak retak, buku ini erkesan kaku dan njlimet sehingga sukar dipahami bagi khalyak awam. Namun, secara garis besar patut diparesiasi dalam memperjuangkan keadilan di negeri ini. Sebuah buku yang menyibak teka-teki BLBI secara apik melalui sudut analisis historis dan kebijakan.

*) Penulis adalah Pustakawan. Peminat Kajian Ekonomi di STEIYO Yogyakarta.
Editor: jodhi Loading...
Sent from Indosat BlackBerry powered by
Read More ..

Indigo oooooh Indigoooo

Kehadiran anak Indigo di tengah keluarga dan lingkungan sering disalahfahami sebagai anak yang pembangkang, susah diatur dan berlagak dewasa. Beberapa anak Indigo menjadi sangat pendiam dan penyendiri, ada yang menjadi pemberontak dan tidak mau diatur, bahkan ada yang tidak mau lagi bersekolah. Orang tua, anggota keluarga dan guru seringkali kehabisan akal menghadapi tingkah laku anak Indigo.

Kekeliruan identifikasi terhadap anak Indigo sebagai anak kurang perhatian dan hiperaktif atau ADD (Attention Deficit Disorder = atau Gangguan Kekurangan Perhatian) dan ADHD (Attention Deficit Hyperaktive Disorder = Gangguan Hiperaktif Kekurangan Perhatian) adalah salah satu sebab kesalahan perlakuan terhadap mereka.
Jiwa yang tua
Perbedaan karakteristik yang menonjol pada anak Indigo dibandingkan dengan anak kurang perhatian dan hiperaktif adalah jiwanya yang sangat dewasa. Dari kedewasaan jiwa ini muncul karakter menggurui karena anak Indigo memahami banyak hal dengan secara mendalam.
Jiwa dewasa anak Indigo menunjukkan kehadirannya adalah untuk memperbaiki kondisi kejiwaan masyarakat secara umum yang sudah mulai melupakan hakikat kebenaran dan kian merajalelanya kerusakan moral, akhlak dan kejahatan.
Keadaan jiwa yang tua ini sering dihubung-hubungkan dengan reinkarnasi dan penciptaan ruh yang bersifat supranatural. Kedua hubungan ini tidak bisa dijelaskan di sini, karena akan semakin sulit untuk dimengerti.
Untuk membantu para orang tua, guru dan masyarakat memahami dengan benar karakteristik dan sifat pembawaan anak Indigo agar tidak terjadi kesenjangan hubungan yang akan berakibat buruk pada perkembangan jiwa anak Indigo, berikut ini dipaparkan beberapa hal yang harus difahami dari anak Indigo. Bagaimanapun mereka tetaplah anak-anak yang membutuhkan perhatian, pengertian dan kasih sayang dari orang yang lebih tua. Kekuatan cita-cita dan semangat yang dewasa melebihi umur dan tubuh fisiknya pasti akan menemukan ketidakseimbangan, khususnya dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Pemahaman dan penerimaan dari orang sekitar tentunya akan membantu anak Indigo untuk menenangkan diri dan beradaptasi dengan lingkungan mereka tinggal hingga dewasanya kelak.
1. Jiwa yang dewasa
Karakter dewasa dan menggurui adalah karakter khas anak Indigo. Anda tidak bisa melakukan kesalahan yang dianggap keliru oleh anak Indigo di depan mereka, karena mereka pasti akan segera protes, memberikan nasehat dengan menunjukkan bagaimana yang seharusnya.
Apabila anda tidak mau mengikuti apa kata mereka, maka mereka akan protes dengan tidak mau bercakap-cakap atau bahkan marah kepada anda. Kemarahan anda atas nasehat-nasehat mereka akan membuat mereka membenci anda selama-lamanya. Ada sebagian anak Indigo yang menggunakan kemampuan tidak umumnya untuk menyalurkan kemarahannya terhadap orang yang tidak mau mengikuti nasehat-nasehat mereka.
Anak Indigo juga memahami kehidupan secara mendalam, mengetahui hukum sebab akibat dan memahami dunia supranatural. Hubungan mereka yang dekat dengan Tuhan dan membawa misi kebenaran untuk memperbaiki moral manusia membuat mereka bersikap seperti orang suci dan ningrat. Kondisi ini bisa dilihat secara fisik pada pandangan mata mereka yang terlihat bijaksana, mendalam dan tua.
2. Indera keenam
Kemampuan berupa indera keenam yang kuat membuat anak Indigo tidak bisa dibohongi dan mampu membaca perasaan dan pikiran orang lain. Siapa pun yang berlaku sebagai pembohong dan penipu akan ditempatkan anak Indigo sebagai musuh terbesarnya. Karena bagi mereka kejujuran adalah modal dasar untuk menegakkan kebenaran.
Anak Indigo sering merasa tidak nyaman berada di tengah-tengah manusia pada umumnya. Penilaian mereka akan sifat manusia berdasarkan kemampuan indera keenam mereka yang tajam membuat mereka melihat keburukan yang terdapat dalam diri orang lain. Selain itu sikap penolakan atas kehadiran mereka yang ganjil oleh orang lain pada umumnya juga menjadi sebab ketidaknyamanan ini.
Indera keenam yang peka juga membuat mereka mampu melihat objek-objek tidak terlihat dan berasal dari dimensi yang lebih tinggi. Kemampuan ini sering membuat orang lain (khususnya orangtua dan anggota keluarga dekat) menganggap anak Indigo aneh, bahkan menyimpulkan bahwa mereka mengalami trens atau kerasukan.
3. Tidak taat dengan otorisasi yang tanpa alasan
Orang tua yang keras dan ingin dipatuhi tanpa bertanya adalah kondisi paling menyakitkan anak Indigo. Bagi mereka semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan. Jadi kesewenang-wenangan adalah hal yang sangat mereka benci. Apalagi penindasan pihak yang kuat atas yang lemah akan membuat mereka sangat sedih dan marah. Seringkali mereka menggunakan kemampuan mereka untuk mengatasi hal ini.
Hukuman yang diberikan kepada mereka harus jelas alasannya dan sesuai dengan kadar kesalahan mereka. Bagi mereka hukuman hanya diberikan kepada anak yang melakukan kesalahan bukan bagi anak yang menegakkan kebenaran.
Kalau tidak terpaksa, berada dalam antrian adalah hal paling dihindari. Mereka tidak suka menunggu, tapi juga tidak mau berbuat tidak benar untuk memperoleh kemudahan. Mereka adalah orang yang paling tertekan dalam sebuah antrian, kecuali mereka bisa melakukan permainan, membaca buku atau mendengarkan musik.
4. Kreatif
Anak Indigo sangat kreatif sehingga seringkali mereka tidak suka formalitas dan aturan-aturan yang baku dan kaku. Bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam hubungan dengan Tuhan mereka sering berada di luar pakem yang ada. Ritual-ritual yang tidak perlu menurut mereka akan cenderung ditinggalkan dan menggunakan cara mereka dalam membina hubungan dengan Tuhan. Kreatifitas mereka dalam menyelesaikan suatu permasalahan akan membuahkan suatu jalan keluar yang baik dan seringkali cukup mencengangkan bagi orang dewasa.
5. Cerdas
Tugas yang sederhana dan monoton akan membosankan anak Indigo. Mereka butuh tantangan untuk kemampuan berpikirnya yang analitik. Karena juga sangat berbakat dan pintar sebaiknya anak Indigo di tempatkan di sekolah khusus atau pada kelas yang kebih tinggi dari anak seumur dia pada umumnya. Apabila sekolah memberikan pelajaran yang menurut mereka tidak menarik (hafalan, kaku, tidak visioner), bisa membuat anak Indigo menjadi malas ke sekolah.
Orang dewasa hendaknya memandang kecerdasan anak Indigo dengan hati-hati, karena tidak bisa disamakan dengan anak jenius. Pada anak jenius aturan dan disiplin adalah hal yang harus dipatuhi, sedangkan pada anak Indigo sebaliknya, aturan dan disiplin adalah hal yang harus dicermati.
Kemampuan intusi yang kuat pada anak Indigo adalah hasil perpaduan dua kemampuan, yakni indera keenam yang tajam dan kemampuan analisa yang cepat dan luas. Peramalan akan kejadian yang belum terjadi oleh anak Indigo didapat dari penglihatan indera keenamnya dan analisa atas faktor-faktor yang ada sekarang.
Kesadaran mereka akan keberadaan dan tugas mereka di dunia, menjadikan anak Indigo bercita-cita kuat dan penuh visi. Tidak ada yang bisa menggoyahkan keyakinan mereka akan kedua hal ini. Usaha anda untuk mematahkan semangatnya atau menunjukkan sikap meremehkan visi dan misi mereka hanya akan membuat anda dicap sebagai orang yang tidak pantas dihormati.
6. Mudah marah
Anak Indigo mudah mengekspresikan kemarahan disebabkan mereka tidak bisa menutup-tutupi reaksi mereka terhadap kondisi yang tidak sesuai dengan ukurannya. Terutama keadaan yang kacau, penuh kebohongan, kepalsuan dan kejahatan.
Mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak marah ketika sebuah kekeliruan yang dicoba untuk diperbaiki ternyata terjadi kembali. Orang-orang yang melawan usaha-usaha perbaikan yang mereka lakukan akan menjadi musuh utama mereka.
7. Orang tua adalah harapan anak Indigo
Kebanyakan anak Indigo menjadi anti sosial karena lingkungan tidak mau menerima mereka apa adanya, memahami visi, misi dan cita-cita mereka yang mulia akan kehidupan ini.
Anak Indigo yang frustasi dengan sikap penolakan dari orang-orang di lingkungan mereka, khususnya orang tua, keluarga terdekat dan sekolah akan menarik diri dan menjadi anti sosial.
Di sinilah peran orang tua menjadi dominan untuk memahami keberadaan anak Indigo dengan karakteristiknya yang unik. Sehingga bisa ditemukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan mereka dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya. Sikap orang tua yang bijaksana diperlukan untuk menghantarkan mereka menuju kedewasaan tanpa masalah yang dibawa di dalam kehidupan mereka nantinya.
Read More ..
Akhirnya . . . .. . . Read More ..